...Ini adalah kisah nyata...
Ada seorang hamba shalih yang diuji oleh Allah dengan anaknya, setiap
kali anaknya lahir dan berkembang sebentar sebagai bayi yang mungil,
lucu dan menyenangkan, selalu ajal menjemputnya dan merenggut nyawanya
dari pangkuannya.
Maka iapun sedih sangat dalam, hatinya hancur
dan tersayat-sayat tajam. Namun karena ia adalah seorang mukmin yang
shaleh, ia tidak kehilangan ken
dali dan kesabaran, bahkan ia selalu menepati sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mengatakan:
« إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ للهِ مَا أَعْطىَ وَللهِ مَا
أَخَذَ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارِ أَللَّهُمَّ أَجُرْنِيْ فِيْ
مُصِيْبَتِيْ وَاخْلُفْنِيْ خَيْرًا مِنْهَا »
“Sesungguhnya kita
hanyalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Bagi Allah apa
yang Ia berikan dan bagi Allah apa yang Ia ambil. Segala sesuatu
disisi-Nya ada takdirnya. Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini
dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”
Hingga
datanglah anak yang ketiga. setelah tumbuh sehat selama beberapa tahun,
anaknya sakit dan semakin parah sakitnya hingga bayang-bayang
kematianpun tiba.
Sang ayah yang menungguinya dengan setia tak
kuasa menahan air mata hingga ia terserang kantuk dan tertidur. dalam
tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah tiba dan kedahsyatannyapun
nampak didepan mata.
Dia melihat bahwa dirinya berada diatas
shirath, dia ingin berjalan akan tetapi ada kekhawatiran untuk jatuh,
lalu datanglah anak pertama yang telah meninggal.
Dia berlari lalu berkata, ‘Saya akan menopangmu ayah!’
Sang ayahpun mulai berjalan, akan tetapi ia masih was-was khawatir
terjatuh dari sisi yang lain, maka ia melihat anak keduanya
menghampirinya dari sisi yang lain lalu menuntunnya. Sang ayahpun
bergembira ria dan bersuka cita.
Akan tetapi tidak lama ia
berjalan ia merasakan ada kehausan yang semakin lama semakin
mencengkeram, maka ia meminta kepada salah seorang anaknya agar
memberinya minum.
Sang anak mengatakan: Tidak! Jika salah seorang kita meninggalkan ayah, ayah bisa terjatuh ke neraka.”
Maka saudaranya menimpali: “Ayah, andaikan saja saudara kita yang
ketiga bersama kami tentu dia sekarang dapat memberi minum …!”
Maka sang ayah kaget terbangun dari tidurnya seraya memuji kepada Allah
karena ia masih di dunia dan belum kiamat. Diapun langsung memperhatikan
anaknya yang tergeletak sakit disampingnya.
Ternyata ia telah pergi menyusul kedua saudaranya.
Maka segera ia mengatakan: “Segala puji bagi Allah, aku telah
menjadikanmu sebagai simpanan dan pahala disisi Allah. Engkaulah yang
mendahuluiku diatas shirat di hari kiamat.” Maka kematian anaknya yang
ketiga menjadi penyejuk hatinya.
« إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ للهِ مَا أَعْطىَ وَللهِ مَا أَخَذَ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارِ أَللَّهُمَّ أَجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَاخْلُفْنِيْ خَيْرًا مِنْهَا »
“Sesungguhnya kita hanyalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Bagi Allah apa yang Ia berikan dan bagi Allah apa yang Ia ambil. Segala sesuatu disisi-Nya ada takdirnya. Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”
Hingga datanglah anak yang ketiga. setelah tumbuh sehat selama beberapa tahun, anaknya sakit dan semakin parah sakitnya hingga bayang-bayang kematianpun tiba.
Sang ayah yang menungguinya dengan setia tak kuasa menahan air mata hingga ia terserang kantuk dan tertidur. dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah tiba dan kedahsyatannyapun nampak didepan mata.
Dia melihat bahwa dirinya berada diatas shirath, dia ingin berjalan akan tetapi ada kekhawatiran untuk jatuh, lalu datanglah anak pertama yang telah meninggal.
Dia berlari lalu berkata, ‘Saya akan menopangmu ayah!’
Sang ayahpun mulai berjalan, akan tetapi ia masih was-was khawatir terjatuh dari sisi yang lain, maka ia melihat anak keduanya menghampirinya dari sisi yang lain lalu menuntunnya. Sang ayahpun bergembira ria dan bersuka cita.
Akan tetapi tidak lama ia berjalan ia merasakan ada kehausan yang semakin lama semakin mencengkeram, maka ia meminta kepada salah seorang anaknya agar memberinya minum.
Sang anak mengatakan: Tidak! Jika salah seorang kita meninggalkan ayah, ayah bisa terjatuh ke neraka.”
Maka saudaranya menimpali: “Ayah, andaikan saja saudara kita yang ketiga bersama kami tentu dia sekarang dapat memberi minum …!”
Maka sang ayah kaget terbangun dari tidurnya seraya memuji kepada Allah karena ia masih di dunia dan belum kiamat. Diapun langsung memperhatikan anaknya yang tergeletak sakit disampingnya.
Ternyata ia telah pergi menyusul kedua saudaranya.
Maka segera ia mengatakan: “Segala puji bagi Allah, aku telah menjadikanmu sebagai simpanan dan pahala disisi Allah. Engkaulah yang mendahuluiku diatas shirat di hari kiamat.” Maka kematian anaknya yang ketiga menjadi penyejuk hatinya.
Posted in: Renungan